Pengikut

Senin, 07 April 2008

PENASIHAT YANG SELALU BUNGKAM

Penasehat model ini selalu diam, tidak berkata sepatah kata pun. Tapi, suaranya di lubuk hati manusia merupakan suara paling keras yang pernah ada. Ia penasehat, yang suaranya menggelegar. Ia tidak dapat berkata dengan bahasa teratur, tapi sorot matanya lebih berpengaruh dari semua perktaan penasihat. Ia tidak dapat menggerakan kedua tangan dan matanya ke kanan dan kiri, untuk membawa para pendengar pada ceramahnya, karena daya tariknya sudah tersedot padanya. Ia menarik hati, sebelum tubuh manusia.
Penasihat itu ialah “lubang”, di mana seluruh menusia tidur di dalamnya, sesudah seluruh alat di tubuh mereka tidak befungsi lagi dan telah menunaikan tugas ujian yang dibebankan kepadanya, untuk melihat langsung hasil-hasil ujian di “lubang” itu. ya, penasihat itu adalah “lubang”, yang juga dinamakan kuburan.

Ar-Rafi’i Memanggil Kuburan
Musthafa Shadiq Ar-Rafi’i menyeruh kuburan dengan berkata, “Wahai kuburan, engkau tidak henti-hentinya berkata kepada manusia, ‘Kemarilah.’ Semua jalan berakhir padamu. Semua orang melintas jalanmu. Semua orang kondisinya sama di sisimu. Mereka tidak pernah menguburkan raja yang tulangnya laksana emas di tempatmu, pahlawan yang ototnya seperti besi, walikota yang kulitnya bak sutra halus, menteri yang wajahnya bagai batu permata, orang kaya yang hatinya tak ubahnya seperti gudang harta, dan orang miskin yang keranjang sampah menempel di usus-ususnya.”

Rasulullah Shallallahu Alaihis wa Sallam Menangisi Ibu Beliau
Karena kuatnya kesan dan pengaruh nasihat kuburan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menganjurkan kaum Muslimin menziarahinya, seperti terlihat di banyak hadits. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu yang berkata,

“Rasulullah Shallallahu Alaihis wa Sallam menziarahi kuburan ibu beliau, lalu menangis dan siapa saja yang disekitar beliau ikut menangis. Beliau bersabda, ‘Aku minta izin kepada Tuhanku untuk memintakan ampunan untuk ibuku, namun Dia tidak mengizinkanku. Aku pun minta izin kepada-Nya untuk menziarahi kuburannya, lalu Dia memberiku izin. Ziarahi kuburan, karena mengingatkan kepada akhirat’.” (Diriwayatkan Muslim).

Manusia lupa itu wajar. Ya, mereka lupa ending yang pasti terjadi pada mereka. Akibatnya, hati mereka keras membantu. Lalu, mereka tidak siap pergi ke akhirat dan tidak dapat mengambil manfaat dari nasihat yang didengar, akibat kekerasan hati mereka yang membuat mereka lupa tujuan asasi keberadaan mereka di dunia ini. Seorang penyair berkata,

“Manusia lalai dan kematian menyadarkan mereka
Mereka tidak sadar, hingga usia mereka habis
Mereka mengantar keluarga mereka ke kuburan
Dan melihat siapa saja yang dikubur
Lalu, kembali ke mimpi-mimpi kelalaian mereka
Sepertinya, mereka tidak pernah melihat sesuatu apa pun.”

Jadi, tujuan utama dianjurkannya ziarah kubur ialah ingat kematian, yang membuat orang ingat akhirat.

Orang-Orang yang Lari dari Kematian
Karena hati keras dan lalai, sebagian orang tidak bisa mendengar apa pun yang mengingatnya pada kematian, karena mengira mampu lolos dari kematian atau “membelokkan” arah kematian di perjalanannya, hingga tidak mengenai dirinya. Pemikiran kekanak-kanakan ini dimentahkan Allah Ta’ala dengan firman-Nya,

“Katakanlah, ‘Sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya itu sesungguhnya akan menemui kalian.” (Al-Jumu’ah: 8).

Musthafa Shadiq Ar-Rafi’i berkata, “Barangsiapa lari dari sesuatu, ia tinggalkan sesuatu itu di belakangnya. Kecuali kuburan. Barangsiapa lari darinya, ia malah mendapati kuburan di depannya. Kematiaan selalu menanti tanpa pernah bosan dan Anda selalu maju kepadanya, tanpa mundur sedikit pun.”

Tanah yang Diam Seribu Bahasa
Jadi, menziarahi penasihat itu, kuburan, menguatkan hati dan menghilangkan kekerasan hati. Ketika Anda pergi ke masjid pada hari Jum’at, Anda mendengar satu penasihat (khatib). Jama’ah shalat membludak, namun penceramahannya satu orang. Hal ini tidak berlaku dikuburan. Semua kuburan berubah menjadi penasihat (penceramah) dan Anda mendengar nasihat mereka pada saat yang sama. Para pendengarnya sedikit, sedang penasihatnya banyak. Kondisi unik ini hanya terjadi di kuburan.
Musthafa shadiq Ar-Rafi’i berkata, “Kita buku kuburan dan meletakkan mayit yang mulia dan tidak lagi mengidap penyakit dunia. Dunia terhenti di kuburan. Bahkan, tanah yang dapat bicara berusaha memahami tanah yang diam. Dan, tanah pun tahu umur sepanjang apa pun ternyata pada hakikatnya pendek, kekuatan setangguh apa pun akhirnya melemah, tujuan seluas apa pun akhirnya sempit, dan seluruh benua ternyata akhirnya kecil seperti kuburan.”
Andai hati tidak keras dan manusia sibuk memanfaatkan seluruh sarana yang menunjang realisasi tujuan penciptaan mereka, tentu pada setiap kelahiran bayi, mereka ingat hari kelak mereka dimakamkan.
Ibnu Al-Jauzi berkata, “Ayunan bayi tiada lain adalah liang lahad.”
Sebagian bayi yang baru lahir dibalut dengan secarik kain putih dan diletakkan di ayunan tanpa mampu bergerak, mayit juga dibalut dengan kain putih dan itulah pakaian terakhir yang ia kenakan di dunia, lalu berada di hamparan bumi, tanpa gerak hingga hari Kebangkitan.


Tidak ada komentar: